Ketika Imajinasi Mengalahkan Logika
Aku masih santai duduk di teras masjid
kampus, padahal perkuliahan Strategi Belajar Mengajar 5 menit lagi akan
dimulai. Sekitar 10 menit aku baru beranjak, mengambil tas dan memakai sepatu
untuk kemudian menuju gedung S, gedung tempat kuliahku. Aku kurang suka dengan
ruang kuliah ini, selain ruangannya sempit karena memang kelasku banyak
penduduk, ruangan ini juga gelap sehingga harus menghidupkan lampu jika
perkuliahan sedang berlangsung.
Dengan berjalan tanpa teman aku menuju
gedung itu dan langsung memasuki ruangan. Aku langsung menunju kursi kosong
dengan menanyakan apakah ada yang telah memesan atau belum. Ya seperti itu lah,
budaya yang telah terbangun, mengingat ruangan ini kecil dan memungkinkan
tidak dapat tempat duduk maka satu-satunya cara untuk mengatasinya dengan
meminta teman mencarikan tempat duduk. Hal itu yang lupa aku lakukan. Akhirnya
aku juga mendapat tempat duduk, kursi nomor dua dari depan berada di bagian
paling timur.
Timer penunjuk waktu dipasang melebihi
jumlah yang seharuskan, 117 menit, padahal seharusnya hanya 100 menit dan
terhitung dari pukul 12.30 wib. Tapi pukul 12.55 wib, dosen belum juga
datang. Hingga hampir pukul 13.00 wib barulah datang dosen yang mengampu mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar atau yang lebih sering kami disebut dengan
SBM.
Dosen yang satu ini, senang bercerita.
Kali ini beliau bercerita bahwa imajinasi memiliki kekuatan yang lebih bahkan
melebihi logika. Logika menurut Aristoteles
adalah instrumen yang membuat penyimpulan yang tepat (Wagiman, 2009). Jadi berbicara filsafat, tetapi tidak masalah hanya pengantar saja. Logika merupakan keputusan atau kesimpulan yang diproleh dari proses berfikir, sedangkan imajinasi adalah hasil berfikir yang terkadang bertentangan dengan logika. Kekuatan imajinasi ini dipengaruhi dari bayangan-bayangan yang terbentuk dalam memori pada saat berfikir. Imajinasi akan menghasilkan sebuah sugesti yang akan mempengaruhi cara berfikir. Ini yang membuat aku beranggapan bahwa imajinasi terkadang bertentangan dengan logika.
adalah instrumen yang membuat penyimpulan yang tepat (Wagiman, 2009). Jadi berbicara filsafat, tetapi tidak masalah hanya pengantar saja. Logika merupakan keputusan atau kesimpulan yang diproleh dari proses berfikir, sedangkan imajinasi adalah hasil berfikir yang terkadang bertentangan dengan logika. Kekuatan imajinasi ini dipengaruhi dari bayangan-bayangan yang terbentuk dalam memori pada saat berfikir. Imajinasi akan menghasilkan sebuah sugesti yang akan mempengaruhi cara berfikir. Ini yang membuat aku beranggapan bahwa imajinasi terkadang bertentangan dengan logika.
Proses berfikir yang telah dibentuk
dengan melihat fakta-fakta atau yang dalam bahasa logika disebut dengan premis
akan mudah terpatahkan dengan sugesti yang terbentuk dalam imajinasi. Sebagai
contoh, saat akan menaiki permainan outbound yang menguji adrenalin, secara
logika semua pengaman telah terpasang dan sangat kecil kemungkinan untuk
terjadi kecelakaan, meskipun selalu ada tingkat kegagalannya, tetapi jika kita
menyugesti pikiran untuk berfikir bahwa itu akan jatuh maka kita akan
mengurungkan niat untuk menaiki permainan itu atau jika kita tetap berani
menaikinya, maka yang terjadi teriakan yang mengisyaratkan bahwa kita takut
jatuh.
Kemudian yang menjadi pertanyaan mengapa
imajinasi memiliki kekuatan yang lebih dari logika? Kekuatan apa yang dimiliki
imajinasi yang bisa membuat dia lebih kuat dari logika? padahal logika
merupakan hasil pemikiran yang terlahir dari proses berfikir yang panjang.
Jika ditelusuri secara mendalam, logika
memandang sesuatu dari apa yang telah disepakati antara suatu objek dan sang
manusia itu. Logika jarang berkata salah. Cara kerja logika adalah sejalan
bersama fakta dan akal rasional manusia. Logika sangat kuat, dan jangan coba-coba
memainkan logika. Beda lagi dengan imajinasi, penemuan para ahli membuka pintu
inspirasi generasi-generasi selanjutnya untuk melakukan pengembangan atau
penemuan-penemuan baru. Dalam hal ini imajinasi sangatlah luar biasa, bagaimana
Ia meruntuhkan logika dan akal sehat manusia. Misalnya ketika Pertama kali
benda buatan manusia mendarat di Bulan, bagaimana kapal selam ditemukan dan
banyak keanehan lagi yang pernah terjadi di dunia. Itu merupakan hasil
Imajinasi, dan bagaimana usaha manusia untuk menjadikan sesuatu di luar batas
rasional telah berhasil. Ini yang membuat kekuatan imajinasi menjadi besar.
Panjang lebar aku berfikir tentang
kekuaatan imajinasi, hingga aku harus mencari banyak referensi tentang logika
dan imajinasi, yang tentunya semua referensi itu aku cari setelah menyelesaikan
kuliah, membaca buku karangan Wagiman tahun 2009 yang berjudul “Pengantar Studi
Logika” dan tidak lupa melengkapi dengan hasil searching di
internet. Semoga tulisan yang sedikit ini bisa menambah wawasan.
*)Tulisan
ini pernah diposting pada 20 September 2013 dengan judul yang sama di blog
lawas saya
Menarik
BalasHapus